Ad Under Header

Adab Kepada Sesama Muslim - Adab Kita

Ikatan Agama lebih tinggi daripada keturunan, siapapun dia, dari mana asal daerah dan negaranya, ketika mereka telah mengikrarkan dua kalimat syahadat

 

Adab Kepada Sesama Muslim - Adab Kita | Majalah Al Azhar

Ikatan Agama lebih tinggi daripada keturunan, siapapun dia, dari mana asal daerah dan negaranya, ketika mereka telah mengikrarkan dua kalimat syahadat, meyakini kemahtunggalan Allah SWT dan meyakini kebenaran Risalah Nabi Muhammad SAW, maka dia adalah saudara yang sebenarnya. Agama Islam merupakan ni’mat terbesar yang diberikan Allah SWT sehingga dapat mempersatukan hati dan jiwa dalam persaudaraan.

Allah SWT menyebutkan secara eksplisit persaudaraan ini dalam surat Ali Imran ayat 103, Dan berpeganglah kalian kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kalian bercerai-berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepada kalian ketika kalian dahulu (masa Jahiliah) bermusuh-musuhan, maka Allah menjinakkan amarah hati kalian, lalu menjadilah kalian karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara, dan kalian telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kalian darinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada kalian, agar kalian mendapat petunjuk.(QS Ali Imran: 103). 

Persatuan antar sesama muslim bukan karena adanya kepentingan tertentu, ikatan persatuan, sesama muslim sudah ditentukan Allah SWT, sebagaimana Allah SWT berfirman: “Dialah yang memperkuatmu dengan pertolongan-Nya dan dengan para mukmin, dan yang mempersatukan hati mereka (orang-orang yang beriman). Walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. (QS Al Anfal: 62-63), Imam Ibnu Katsir menjelaskan bahwa sebelum Islam datang telah ada permusuhan dan kebencian diantara mereka. Orang-orang Ansar di masa Jahiliah sering berperang di antara sesama mereka, yaitu antara kabilah Aus dan Khazraj. Terjadi pula berbagai peristiwa kejahatan yang panjang, sehingga akhirnya Allah memadamkan pertikaian itu dengan nur keimanan (Islam).

Bentuk persaudaraan dibuktikan dengan memberikan bantuan. Hadits Nabi SAW lebih eksplisit memberikan makanan. Dari ‘Abdullah bin Salâm, ia berkata: “Ketika Rasulullah SAW datang ke Madinah, orang-orang segera pergi menuju beliau SAW (karena ingin melihatnya). Ada yang mengatakan: Rasulullah SAW telah datang, lalu aku mendatanginya ditengah kerumunan banyak orang untuk melihatnya. Ketika aku melihat wajah Rasulullah SAW, aku mengetahui bahwa wajahnya bukanlah wajah pembohong. Dan yang pertama kali beliau ucapkan adalah, ‘Wahai sekalian manusia, sebarkanlah salam, berikan makan, sambunglah silaturrahim, shalatlah di waktu malam ketika orangorang tertidur, niscaya kalian akan masuk Surga dengan sejahtera.” (HR At Tirmidzi)

Ketika kita memberikan bantuan kepada sesama muslim, pada hakikatnya karena mereka adalah saudara, seperti bantuan yang diberikan kepada saudara-saudara muslim di Palestina. Ini adalah bentuk pemberian bantuan karena mereka adalah saudara kita dalam keimanan. Maka alangkah tidak elok jika ada orang yang mengatakan bahwa Palestina bukan urusan umat Islam Indonesia.

Seluruh Kaum Muslimin adalah bersaudara, sebagaimana Allah SWT berfirman: "Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat."(QS Al Hujurat: 10). Ayat ini diperinci lebih jelas dalam bentuk Adab terhadap sesama muslim, yaitu hadits dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda, “Janganlah kalian (wahai muslim) saling hasad (dengki), saling najsy, saling membenci, saling membelakangi, dan janganlah kalian melakukan transaksi harta yang berdampak pada gagalnya transaksi orang lain. Jadilah kalian wahai hamba-hamba Allah orangorang yang bersaudara. Orang Muslim itu saudara bagi muslim lainnya. Tidak menzhaliminya, tidak membiarkannya dizhalimi, tidak membohonginya, dan tidak merendahkannya. Takwa itu letaknya di sini beliau menunjuk ke arah dadanya tiga kali-. Cukuplah seseorang itu jahat ketika ia merendahkan saudaranya sesama muslim. Setiap muslim haram mengganggu muslim yang lain, baik mengganggu darah, harta ataupun kehormatan dan nama baiknya.” (H.R.Muslim).

Sebagai bukti ikatan persaudaraan, diperlukan adab sesama muslim yang harus dilaksanakan dalam bentuk ucapan dan perbuatan baik yang dilakukan untuk membahagiakan mereka. Adab yang paling utama adalah tidak hasad (dengki) terhadap apa yang dimiliki oleh saudara muslim, tidak mencari-cari kesalahannya, tidak menyakiti hatinya, tidak membullynya, tidak menghardiknya, tidak menghinakan dan membiarkannya dalam kesengsaraan. Ketidakpedulian terhadap keadaan mereka merupakan bagian yang tidak boleh terjadi. Hendaklah kita membahagiakan dan memuliakan mereka sebagaimana Rasulullah SAW mencintai umatnya. 

Begitu banyak Adab yang seharusnya dilakukan kepada sesama muslim, Salah satunya sebagaimana hadits dari Abu Hurairah RA, ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Hak muslim kepada muslim yang lain ada enam.” Beliau shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,

(1) Apabila engkau bertemu, ucapkanlah salam kepadanya;
(2) Apabila engkau diundang, penuhilah undangannya;
(3) Apabila engkau dimintai nasihat, berilah nasihat kepadanya;
(4) Apabila dia bersin lalu dia memuji Allah (mengucapkan ’alhamdulillah’), doakanlah dia (dengan mengucapkan ’yarhamukallah’);
(5) Apabila dia sakit, jenguklah dia; dan
(6) Apabila dia meninggal dunia, iringilah jenazahnya (sampai ke pemakaman).” (HR. Muslim).

Hadits pertama yang dicantumkan oleh Imam Ibnu Hajar Al Asqalani dalam Kitabnya, Bulughul Maram khusus Bab tentang Adab.

Setiap muslim memiliki hak yang harus dipenuhi oleh yang lainnya, diantaranya mengucapkan salam ketika bertemu dan berpisah. Para shahabat Rasulullah SAW sangat mengutamakan Adab ini, Apabila salah seorang bertemu dengan temannya, dia mengucapkan salam dan apabila terhalang pohon atau dinding, kemudian bertemu mengucapkan salam (HR Abu Dawud nomor: 5200), Anas bin Malik berkata: para shahabat Rasulullah SAW, mereka berjalan, dan apabila berhadapan dengan pohon, mereka berpisah ke sebelah kanan dan kiri, dan apabila mereka bertemu, sebagian mengucapkan salam kepada sebagian lagi (HR Thabrani). Pengucapan salam tidak dapat digantikan dengan sapaan yang lain, biasanya sering ditemukan diantara kita, ucapan lain dari budaya Asing, sehingga diganti dengan ucapan kata “hai” ketika bertemu atau bye bye ketika berpisah. 

Adab mengucapkan salam, siapa yang paling duluan pengucapannya sudah diatur dalam Syariat Islam, usia muda kepada orang yang sudah tua, orang berjalan kepada yang sedang duduk dan orang berkendaraan kepada yang sedang berjalan kaki. Abu Hurairah RA, berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Hendaklah yang kecil (usia muda) memberi salam pada yang lebih tua, hendaklah yang berjalan memberi salam pada yang sedang duduk, hendaklah yang sedikit memberi salam pada yang banyak.” (Muttafaqun ‘alaih), Dalam riwayat Muslim disebutkan, “Dan orang yang berkendaraan memberi salam kepada yang berjalan.” 

Inti implementasi Adab sesama muslim adalah memberikan kebahagiaan, baik ketika berada dalam suka maupun duka. Ketika saudara sesama muslim dalam sukacita, maka hendaklah kita ikut berhabagia, seperti menghadiri undangan walimah termasuk Adab terhadap sesama muslim sebagai bentuk kecintaan kepada saudara Muslim dan empati atas kebahagiaan yang dirasakan, Dari Abdullah bin Umar r.a ia berkata; Rasulullah Saw bersabda ‚penuhilah undangan jika kalian diundang untuk menghadiri walimah, maka datangilah.‛( H.R Bukhori).

Adab kepada sesama muslim dibuktikan dengan memberi nasehat, jika diminta. Nasehat merupakan salah satu upaya meringankan beban yang dipikul dan sekaligus mengingatkan agar memilih jalan yang benar. Nasehat merupakan bagian untuk menyempurnakan agama saudara sesama muslim dan menyelematkannya dari perbuatan yang tidak baik. Ibnu Rajab Al-Hambali berkata, “Jika seseorang melihat pada saudaranya kekurangan dalam agama, maka ia berusaha untuk menasihatinya (membuat saudaranya jadi baik).” (Jaami’ Al-‘Ulum wa Al-Hikam, 1:308).

Ketika saudara kita mendapatkan keni’matan, maka adabnya harus mendo’akan, walaupun keni’matan itu berupa bersin, karena orang yang bersin, sebenarnya dia mendapatkan keni’matan Allah SWT. Bersin disukai Allah SWT daripada menguap, sebagaimana hadits dari Abu Hurairah RA, Nabi SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah menyukai bersin dan membenci menguap. Maka, apabila salah seorang di antara kalian bersin dan memuji Allah, maka wajib bagi setiap orang muslim yang mendengarnya untuk mengucapkan, Yarhamukalloh (artinya: semoga Allah merahmatimu)’.”Adapun menguap, maka itu adalah dari setan. Apabila salah seorang di antara kalian menguap, hendaklah ia menahannya semampu mungkin. Karena, jika salah seorang di antara kalian menguap maka setan tertawa karenanya.” (HR. Bukhari). Demikian pula, Adab memberikan kebahagiaan kepada sesama muslim ketika ada diantara mereka mendapatkan musibah, berupa sakit, hendaklah dijenguk dan ketika meninggal dunia, jenazahnya diantarkan ke kuburannya. 

Inilah Adab yang sangat indah, ketika saudara muslim, berada dalam kebahagiaan, ikut merasakan kebahagiaan dan sebaliknya, ketika dalam kesulitan, hendaklah membantu memenuhi kebutuhan hidupnya, tidak menyakitinya, tidak merasa iri atas pemberian atau sebutan yang diberikan kepadanya, dan mengutamakan keperluan mereka daripada diri kita sendiri. Model Implementasi Adab ini telah dilakukan oleh Kaum Anshar kepada saudaranya, Kaum Muhajirin di Madinah, dan diabadikan dalam Al Quran. 

Allah SWT berfirman: “Dan orangorang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshar) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka mencintai orang yang berhijrah kepada mereka. Dan mereka tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (orang Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri. Sekalipun mereka memerlukan (apa yang mereka berikan itu)” (QS Al Hasyr: 9). Ibnu Katsir menjelaskan ayat ini bahwa kemuliaan dan kehormatan diri mereka (orang-orang Anshar) ialah mereka menyukai orangorang Muhajirin dan menyantuni mereka dengan harta bendanya. 

Gambaran pelaksanaan Adab sesama muslim yang dilakukan oleh Kaum Anshar sebagaimana diceritakan oleh Anas bin Malik bahwa orang-orang Muhajirin berkata, "Wahai Rasulullah, kami belum pernah melihat hal yang semisal dengan kaum yang kami datang berhijrah kepada mereka, yakni dalam hal memberi santunan kepada kami, orang-orang yang hidup sederhana dari mereka tidak segan menyantuni kami, dan orang yang hartawan dari mereka sangat banyak dalam memberi kami. Sesungguhnya mereka telah menjamin semua kebutuhan kami dan bersekutu dengan kami dalam kesenangan, hingga kami merasa khawatir bila mereka memborong semua pahala." Maka Nabi SAW. menjawab: Tidak, selama kamu memuji mereka dan mendoakan bagi mereka kepada Allah.

Kaum Anshar tidak pernah iri atas pemberian keutamaan yang diberikan Allah SWT kepada saudaranya, kaum Muhajirin, ‘Dan mereka tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (orang Muhajirin)”, yakni mereka tidak mempunyai rasa iri dalam hati mereka terhadap keutamaan yang telah diberikan oleh Allah kepada kaum Muhajirin berupa kedudukan, kemuliaan, dan prioritas dalam sebutan dan urutan.

Abdurrazaq bin Abdul Muhsin Al Badr mengatakan bahwa Allah SWT telah melunakan hati yang bercerai berai dan jiwa yang bermusuhan dengan Agama Islam yang agung ini (Ahaditsul Akhlak, 2020, hal: 158). Gambaran persaudaraan diantara sesama muslim disampaikan oleh Rasulullah SAW sebagaimana Hadits yang dari An Nu’man bin Basyir RA, ia berkata:

Rasulullah SAW bersabda: “Perumpamaan kaum Muslimin dalam saling mengasihi, saling menyayangi, dan saling menolong diantara mereka seperti perumpamaan satu tubuh. Tatkala salah satu anggota tubuh merasakan sakit, maka anggota tubuh yang lainnya akan merasakan pula dengan demam dan tidak bisa tidur” (HR Imam Muslim dalam Shahih-nya).

Hadits ini mendorong kita agar kita melaksanakan adab kepada sesama muslim dalam bentuk saling menjamin keamanan diantara sesama muslim, menyayangi, empati dan saling menolong dalam kebaikan, tentu sikap ini karena keterikatan diantara sesama muslim dalam Persaudaraan Iman (Al Ukhuwwah Al Imaniyyah). Ketika melihat kondisi saudara-saudara se-Iman dimanapun mereka berada, akan terpanggil semangat untuk memberikan perhatian kepada mereka, karena tidak sempurna iman seseorang sehingga dia mencintai saudaranya seperti mencintai dirinya sendiri. Adab yang harus ditanamkan dalam diri kita adalah menumbuhkan empati terhadap apa yang dialami sesama muslim. Dari Abu Hamzah Anas bin Malik RA, pembantu Rasulullah SAW, dari Nabi SAW bersabda, “Salah seorang di antara kalian tidaklah beriman (dengan iman sempurna) sampai ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Ibnu Rajab Al-Hambali berkata mengenai hadits di atas, “Di antara tanda iman yang wajib adalah seseorang mencintai saudaranya yang beriman lebih sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri. Ia pun tidak ingin sesuatu ada pada saudaranya sebagaimana ia tidak suka hal itu ada padanya. Jika cinta semacam ini lepas, maka berkuranglah imannya.” (Jaami’ Al-‘Ulum wa Al-Hikam, 1:305).


Oleh:
Effen Effendi, M.Pd.I
Kepala Seksi Kurikulum Keagamaan dan
Pengembangan Program Keagamaan
Direktorat Dikdasmen YPI Al Azhar


Sumber : Majalah Al Azhar Edisi 311

Top ad
Middle Ad 1
Parallax Ad
Middle Ad 2
Bottom Ad
Link copied to clipboard.